PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenaranya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pembentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi.
1. Silogisme
Silogisme adalah
suatu proses pengambilan keputusan/kesimpulan (konklusi) dari 2 macam premis
yang ada sebelumnya. Sehingga kita dapat menarik kesimpulan dari 2 premis yang
ada sebelumnya yang kebenarannya sama dengan dua keputusan yang
mendahuluinya.
Contoh :
Semua manusia pasti akan meninggal
Tono adalah manusia
Jadi : Tono pasti akan meninggal
Tono adalah manusia
Jadi : Tono pasti akan meninggal
* Hukum-hukum Silogisme
a. Hukum pertama
Silogisme tidak boleh kurang ataupun lebih dari tiga kondisi (term).
Apabila kurang dari tiga term berarti bukan silogisme. Jika terdapat empat
term, apakah yang akan menjadi pokok perbandingan? tidak mungkin orang
membandingkan dua hal denga dua hal pula, dan lenyaplah dasar perbandingan.
b. Hukum kedua
Term antara atau tengah (medium) tidak boleh masuk (terdapat) dalam
kesimpulan. Term medium hanya dimaksudkan untuk mengadakan perbandingan dengan
term-term. Perbadingan ini terjadi dalam premis-premis. Karena itu term medium
hanya berguna dalam premis-premis saja.
c. Hukum ketiga
Wilayah term dalam konklusi tidak boleh lebih luas dari wilayah term itu
dalam premis. Hukum ini merupakan peringatan, supaya dalam konklusi orang tidak
melebih-lebihkan wilayah yang telah diajukan dalam premis. Sering dalam praktek
orang tahu juga, bahwa konklusi tidak benar, oleh karena tidak logis (tidak
menurut aturan logika), tetapi tidak selalu mudah menunjuk, apa salahnya itu.
d. Hukum keempat
Term antara (medium) harus sekurang-kurangnya satu kali universal. Jika
term antara paticular, baik dalam premis mayor maupun dalam premis minor,
mungkin saja term antara itu menunjukkan bagian-bagian yang berlainan dari
seluruh luasnya. Kalau demikian term antara, tidak lagi berfungsi sebagai term
antara, dan tidak lagi menghubungkan atau memisahkan subyek dengan predikat.
Contoh : Beberapa pengusaha pembohong
Amir adalah pengusaha
Amir adalah pembohong.
Contoh : Beberapa pengusaha pembohong
Amir adalah pengusaha
Amir adalah pembohong.
* Bentuk-bentuk silogisme
·
Silogisme
kategorial
Adalah silogisme yang semua posisinya merupakan
proposisi kategorik , demi lahirnya konklusi maka pangkal umum tempat kita
berpijak harus merupakan proposisi universal , sedangkan pangkalan khusus tidak
berarti bahwa proposisinya harus partikuler atau sinjuler, tetapi bisa juga
proposisi universal tetapi ia diletakkan di bawah aturan pangkalan umumnya .
Pangkalan khusus bisa menyatakan permasalahan yang berbeda dari pangkalan
umumnya , tapi bisa juga merupakan kenyataan yang lebih khusus dari
permasalahan umumnya dengan demikian satu pangalan umum dan satu pangkalan
khusus dapat di hubungkan dengan berbagai cara tetapi hubungan itu harus di
perhatikan kwalitas dan kantitasnya agar kita dapat mengambil konklusi atau
natijah yang valid.
·
Silogisme
Hipotesis
Adalah argument yang premis mayornya berupa
proposisi hipotetik sedangkan premis minornya adalah proposisi katagorik yang
menetapkan atau mengingkari terem antecindent atau terem konsecwen premis
mayornya . Sebenarnya silogisme hipotetik tidk memiliki premis mayor maupun
primis minor karena kita ketahui premis mayor itu mengandung terem predikat
pada konklusi , sedangkan primis minor itu mengandung term subyek pada
konklusi.
- Macam tipe silogisme hipotetik
a) Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika hujan, saya naik becak.
Sekarang Hujan.
Jadi saya naik becak.
b) Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengakui bagian konsekwensinya , seperti :
Bila hujan , bumi akan basah.
Sekarang bumi telah basah.
Jadi hujan telah turun.
c) Silogisme hipotetik yang premis
Minornya mengingkari antecendent , seperti :
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan
paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintah tidak dilaksanakan dengan
paksa.
Jadi kegelisahan tidak akan timbul.
d) Silogisme hipotetik yang premis
minornya mengingkari bagian konsekwensinya, seperti:
Bila mahasiswa turun kejalanan, pihak
penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
· Silogisme alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. simpulnya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
My: Kakak saya berada di Bandung atau Jakarta.
Mn: Kakak saya berada di Bandung.
K: Jadi, kakak saya tidak ada di Jakarta.
2. Entimen
Entimen merupakan
suatu bentuk silogisme juga. Tetapi, di dalam entimem salah
satu premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama
diketahui.
Contoh:
Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain.
Kalimat di atas dapat dipenggal menjadi dua:
a. menipu adalah dosa
b. karena (menipu) merugikan orang lain.
Kalimat a merupakan kesimpulan sedangkan kalimat b adalah premis minor (karena
bersifat khusus). Maka silogisme dapat disusun:
Mn :
menipu merugikan orang lain
K : menipu adalah dosa.
Dalam kalimat di atas, premis yang dihilangkan adalah premis mayor.
Untuk melengkapinya kita harus ingat bahwa premis mayor selalu bersifat lebih
umum, jadi tidak mungkin subjeknya menipu. Kita dapat menalar kembali dan
menemukan premis mayornya: Perbuatan yang merugikan orang lain adalah dosa.
Untuk mengubah entimem menjadi silogisme, mula-mula kita cari dulu kesimpulannya.
Kata-kata yang menandakan kesimpulan ialah kata-kata seperti jadi, maka, karena
itu, dengan demikian, dan sebagainya. Kalau sudah, kita temukan apa premis yang
dihilangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar